Kamis, 29 November 2018

Makalah Sejarah Agama-agama (Agama Kristen Protestan)


AGAMA KRISTEN PROTESTAN

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Agama-agama
Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Fauzan Naif, M.A.



Disusun Oleh Kelompok 7 :
Ulfa Pridayanti                    17105030059
Ahmad Syakir Maulana      17105030060
Alfa Limatu Szanaya           17105030063


PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2018


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menguasai seluruh alam berkat taufik dan hidayah-Nya, akhirnya kami telah selesai menyusun makalah untuk mata kuliah Sejarah Agama-agama yang berjudul Agama Kristen Protestan.
Sholawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada baginda Nabi tercinta Rasulullah Muhammad SAW. yang kita nantikan syafaat beliau di yaumul akhir nanti. Amin.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen kami, Bapak Prof. Dr. H. Fauzan Naif, M.A. yang telah ikhlas mengajar mata kuliah Sejarah Agama-agama di kelas C. Tak lupa kepada Ayah dan Ibu kami tercinta di kampung halaman yang senantiasa mendoakan putra-putrinya tak henti-henti. Juga teman-teman Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya kelas C yang turut memberikan motivasi dan masukan dalam penyelesaian tugas ini.
Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas makalah di masa mendatang. Dan kami berharap, semoga makalah sederhana ini memberi manfaat kepada pembaca yang budiman.

Yogyakarta, 12 Februari 2018







DAFTAR ISI
Kata Pengantar                                                                                               1
Daftar Isi                                                                                                         2
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                                   3
B.    Rumusan  Masalah                                                                             3
C.    Tujuan Pembahasan                                                                           3
D.    Manfaat Pembahasan                                                                         3
BAB II: PEMBAHASAN
A.     Pengertian dan Asal-usul Agama Kristen Protestan                        5
a)     Keadaan Gereja Sebelum Reformasi Luther                               5
b)     Kelahiran Agama Kristen Protestan                                            6
B.     Perkembangan Agama Kristen Protestan                                         7
a)     Latar Belakang Reformasi                                                           7
b)     Perkembangan Reformasi                                                                        17
c)     Perbedaan Pokok antara Calvin dan Luther                                 18
d)     Perkembangan Lebih Lanjut                                                        18
C.    Pokok-pokok Ajaran Protestan                                                          19
BAB III: PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                        29
B.    Kritik dan Saran                                                                                 30
Daftar Pustaka                                                                                                            31




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bicara agama secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni agama buatan manusia dan agama wahyu yang tentu saja sangat berbeda satu dengan lainnya. Tuhan telah mengirim para Nabi dan para utusanNya agar manusia membuang agama-agama yang dibuat oleh tangan manusia dan menggunakan agama yang diwahyukan. Tetapi adat-istiadat lama sukar sekali dihilangkan. Beberapa bagian dari agama bikin-bikinan manusia ini tetap tertinggal dan terserak dalam agama wahyu. Para pendeta dari agama yang lama dan orang-orang yang percaya dengan setengah hati kepada agama wahyu ini, mendapatkan bahwa lebih enak dan menguntungkan untuk tetap menjalankan praktik-praktik adat kebiasaan lama. Mereka membangkitkannya lagi setelah wafat nabiNya dan mencampurinya dengan kepercayaan serta amalan dari agama wahyu. Dengan berlalunya waktu, roh semangat itu lenyap dan agama wahyu pun menjadi rusak dan tafsiran-tafsiran bikinan manusia menyusup ke dalamnya. Maka kita dapati bahwa sebagian besar agama-agama yang ada adalah campuran dari bagian-bagian yang terambil oleh tangan-tangan manusia serta agama yang diwahyukan.
B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana asal-usul agama Kristen Protestan?
2.     Bagaimana perkembangan agama Kristen Protestan?
3.     Apa saja pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan?
C.    Tujuan Pembahasan
1.     Mengenal sejarah atau asal usul adanya agama Kristen Protestan
2.     Mengetahui perkembangan agama Kristen Protestan
3.     Mengetahui pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan
D.    Manfaat Pembahasan
1.     Menambah wawasan keagamaan, terutama yang berhubungan dengan agama Kristen Protestan
2.     Mengenal istilah-istilah yang digunakan agama Kristen Protestan
3.     Mengetahui pokok-pokok ajaran agama Kristen Protestan
4.     Dengan mengetahui adanya agama Kristen Protestan, diharapkan menambah sikap toleransi kita dalam kehidupan terutama terkait hal agama di dalam konteks kehidupan Negara Indonesia yang plural.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Asal Usul Agama Kristen
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh pangeran-pangeran Jerman yang mendukung gerakan reformasi melawan keputusan mayoritas yang beragama Katolik Romawi, sewaktu sidang dewan kekaisaran (Dewan Negara) ke-2 di kota Speyer (1529) karena melarang meluasnya reformasi. Para raja atau Pangeran Jerman tersebut pada umumnya menjadi pengikut Injili atau raja-raja Luteran, dan menentang tekanan yang kuat sekali dari penguasa yang beragama Katolik. Dari protes mereka timbullah kelompok  “protestan”. Semula nama tersebut bernada negatif dan bersifat ejekan tetapi lama-kelamaan disambut positif sebagai nama kehormatan.
1.     Keadaan Gereja sebelum Reformasi Luther
Kelahiran agama Kristen Protestan banyak dipengaruhi oleh latar belakang perkambangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang kelahiranya, yaitu abad 16. Secara fundamental dan radikal terjadi pembaharuan masyarakat sesudah abad pertengahan, dan mulailah zaman renaisans selama abad 15 sampai abad 16. Lahirnya Humanisme di Eropa merupakan gerakan yang berdampak positif dan juga negatif terhadap gereja saat itu. Pertumbuhan individualisme merupakan faktor yang sangat penting di Eropa, karena disatu pihak menimbulakan perubahan-perubahan kebudayaan bangsa Eropa yang sangat mendasar, akan tetapi dilain pihak gereja yang mapan terkena akibat adanya kemerosotan moral pada lapisan pimpinan mulai dari Paus sampai raja-raja dan pangeran-pangeran. Perpecahan pada tingkat kepausan terjadi, sebaliknya raja-raja mempunyai pengaruh yang lebih kuat sehingga wibawa moral Paus menjadi merosot, bahkan dapat dikatakan hilang dari pentas dunia Eropa.
Kehidupan mewah dalam istana-istana Paus melebihi kemewahan raja-raja Perancis dan Inggris, sementara perubahan-perubahan sosial politik terjadi secara tajam sehingga kedudukan rohaniawan tergeser oleh paham orang-orang awam yang telah memiliki kedudukan sama dengan rohaniawan. Apalagi pengaruh mistik semakin besar terhadap orang awam. Rohaniawan dan Biarawan telah kehilangan monopoli mereka dalam masyarakat sehingga kehidupan gereja mendapatkan kritik-kritik yang mendasar di tengah-tengah masyarakat luas. Pada puncaknya penyalahgunaan wewenang gereja merajalela tanpa memperdulikan tanggung jawab rohaniahnya, dengan adanya penjualan surat indulgensi dan abolusi kepada anggota jemaat gereja. Hal ini menimbulkan pertentangan, protes dan kejengkelan dari para anggota jemaat gereja diberbagai negara, termasuk dari kalangan pimpinan gereja sendiri.
2.     Kelahiran Agama Kristen Protestan
Keadaan seperti digambarkan diatas merupakan kondisi yang melahirkan kenyataan adanya perbedaan antara teologi beserta prakteknya dengan ajaran dalam Alkitab. Kondisi demikian dirasakan oleh Luther sebagai titik tolak untuk memulai pembaharuan gereja. Sebagai seorang biarawan yang saleh, Luther adalah anggota ordo Agustin, suatu ordo yang sangat ketat dan keras, dibawah pimpinan Johan von Staupitz. Luther adalah seorang doktor teologi dari Universitas Wittenberg. Tugasnya sampai tahun 1517 adalah menafsirkan Alkitab meliputi Mazmur, surat-surat Paulus kepada Jemaat Roma dan Galatia, dan surat kepada orang-orang Ibrani. Melalui studinya terhadap Alkitab, ia merasakan penghayatan terhadap Tuhan secara baru sehingga corak yang dihadapi dalam kehidupan gereja tidak bisa tidak dirubahnya. Dengan ajaran “solafides”nya, jantung Reformasi mulai berdenyut dan mempengaruhi seluruh kehidupan gereja di dunia.
Peristiwa yang mendorong timbulnya Reformasi ialah penjualan surat-surat penghapusan siksa (indulgensi) yang dilakukan semasa Paus Leo X. Pada saat itu gereja hendak membangun gereja Santo Petrus untuk kebanggaan gereja Roma. Untuk mendapatkan biaya, Paus melalui Uskup Agung Albrecht dari Mainz, mengangkat dominikus Johanes Tetzel untuk melakukan penjualan indulgensi. Hal tersebut dipandang merendahkan derajat Tuhan, karena pengampunan dosa dan perdamain dengan Tuhan bisa didapatkan hanya dengan uang, bukan dengan penyesalan dan sakramen-sakramen. Dalam hubungan ini Luther mengambil keputusan untuk menjadikan peristiwa tersebut sebagai pokok pembicaraan anatara sarjana-sarjana teologi. Untuk itu ia merumuskan 95 dalil mengenai penghapusan siksa (dalam bahasa Latin). Pada tahun 1517, dalil-dalil tersebut diperkenalkan dan ditempelkan pada dinding pintu gereja di pintu gereja di Wettenberg. Sejak itu gereja Roma Katolik menuduh Luther sebagai penyesat ajaran gereja.
Dengan berbagai cara dan siasat, gereja Roma Katolik berusaha memadamkan gerakan dan ajaran Luther. Akan tetapi, ajaran-ajaranya dapat sambutan di mana-mana di Eropa, sementara usaha memadamkan dan menghancurkanya tidak berhasil. Cara dan siasat gereja Roma Katolik tersebut anatara lain berbentuk ancaman pengucilan, perdebatan terbuka dalam sidang bulla kutukan, ancaman fisik dan akhirnya dengan melaksanakan persidangan resmi kekaisaran. Akhirnya pada 1529 diadakan “Reichstag” (rapat negara) Speyer yang dihadiri oleh raja-raja yang mayoritas beragama Katoli, disamping ada minoritas raja-raja yang dipengaruhi ajaran Luther. Sidang tersebut mengambil keputusan untuk menghapuskan Edicta Warms tahun 1926 dan mengeluarkan dekrit pelanggaran gerakan reformasi disertai pemberian kebebasan membuat misa kudus bagi gereja katolik di daerah gereja Reformasi raja-raja yang pro Luther (injili) membuat protes keras secara resmi. Dari diadak protes itu lahir agama “protestan ”. Gerakan mereka juga melahirkan pembaharuan di Swiss yang dipelopori oleh Ulrich Zwingli, seorang pastor dari reformasi gereja, kemudian lebih disempurnakan lagi oleh Calvin dari Prancis yang kemudian mengembangkan ajaranya di Swiss hingga meninggal pada 1564.
B.    PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN
1.     Latar Belakang Reformasi
Reformasi muncul dan berkembang dalam lingkungan gereja dan masyarakar Eropa Barat. Pencetusnya Martin Luther, adalah seorang rahib di Jerman yang banyak terpengaruh oleh kehidupan lingkungannya, baik pengalaman-pengalaman yang diperolehnya secara individual maupun pengalaman-pengalaman dan lingkungan kemasyarakatan di Eropa. Sebagai seorang rahib, pemikiranya terpengaruh oleh pemikiran tokoh-tokoh gerakan yang ingin mengusahakan pembaharuan dalam gereja, baik yang dilakukan oleh pemikir-pemikir teolog abad pertengahan yang berciri skolastik maupun pemikir-pemikir sesudahnya. Pada umumnya mereka memiliki dasar-dasar keyakinan yang kuat dan sungguh-sungguh atas kebenaran Injil. Keyakinan tersebut kemudian diikuti oleh para pemikir gereja yang lain dan mereka pula yang dapat dikatakan sebagai kaum yang telah merintis jalan ke arah reformasi, yang kemudian dicetuskan oleh Martin Luther.
Akibat sosial kemasyarakatan yang didominasi oleh kemajuan-kemajuan di bidang perdagangan, serta pembaharuan-pembaharua di bidang sosial dan politik melahirkan semangat baru dalam kehidupan masyarakat Eropa. Hal tersebut merupakan tanda adanya pembaharuaan zaman. Pertumbuhan kota-kota besar sangat pesat disamping lahirnya semangat individualisme di tengah-tengah krisis dalam kehidupan. Oleh sebab itu, pada umumnya orang tidak merasa senang dan tidak puas terhadap kondisi gereja pada saat itu. Kritik-kritik dan apatisme terhadap peranan dan kedudukan gereja, khususnya terhadap Paus meluas. Kodisi demikian merupakan dasar titik tolak bagi suburnya pemikiran kearah reformasi gereja.
1)     Gereja Lama dalam Pembaharuan
a.      Pemikiran Mistik dalam Gereja.
Inti ajaran mistik gereja pada abad pertengahan ialah keinginan agar jiwa mengalami dan merasakan Allah secara langsung, menyelinap di dalam-Nya serta tenggelam di dalam-Nya. Teologi Bernhard dan Clairvaux, tokoh-tokoh utama pada masa ini, adalah kesalehan yang mistik. Menurut pendapat mereka, jiwa harus mengarahkan seluruh perhatiannya kepada Yesus Kristus yang sedang menderita sengsara itu. Untuk itu ada tiga tahap pencapainya, yaitu (1) bila melihat Yesus jiwa akan menyesali dosanya dan bertobat, (2) jiwa memikirkan dengan mencoba mencontoh kasih Kristus dan dinyalakan olehnya dalam keasyikan yang tidak dapat dikatakan. Sementara itu, tokoh terkenal lainya, Eckhart lebih berani berbicara tentang persatuan Jiwa dengan Allah sendiri. Hanya Dia yang sungguh-sungguh ada, makhluk sebenarnya tidak memiliki eksistensi bila dibandingkan dengan Allah. Akan tetapi manusia mempunyai suatu cetusan dari hakikat ilahi dalam dirinya, yaitu “hati nurani”. Oleh karena itu manusia perlu mengosongkan diri agar dapat menjadi sadar akan kehadiran Allah di dalam dirinya, ia harus kehilangan seluruh perhatian kepada apa yang tidak ada agar menjadi satu dengan Dia yang ada. Pada tingkat kesadaran persatuan yang tertinggi, manusia adalah begitu dekat dengan Allah sehingga tidak dapat dibedakan lagi dengan Dia.
Meskipun ajakan mistik dianggap bertentangan dengan iman Kristen, namun kaum mistikus tetap beranggapan sebagai anggota-anggota gereja yang setia. Pemikiran mistik sudah merupakan ajaran gereja yang diresapi oleh para pengikutnya, karena gereja sendiri mengajarkan bahwa jiwa adalah lebih berharga daripada badan. Pengaruh mistik dirasakan luas oleh kalangan bangsawan, biarawan dan orang-orang kota, khususnya di Jerman Selatan, karena pada umumnya gereja dianggap tidak dapat memuaskan kehidupan rohani mereka. Mereka lebih suka menyerahkan diri mereka ke jalan mistik Kristen yang didasarkan pada alasan-alasan Alkitab dan pandangan-pandangan filsafat Platonis yang  bercorak pantaestik dan doalistik. Menurut mereka, dalam Yahya 15:14 mereka dapat dipanggil sebagai sahabat Tuhan. Selain itu, ada mistik yang menyebut dirinya “saudara-saudara dari Roh Kudus”. Di Jerman Selatan mereka dapat dikatakan merupakan bidat-bidat yang menolak terang-terangan gereja dan sakramen, karena manusia sendiri adalah Allah juga sehingga tidak dapat berdosa. Golongan ini secara tegas menarik garis pemisah antara iman Kristen dan mistik panteistik.
b.     Perintis Pembaharuan Gereja
Sementara itu kritik-kritik tajam dilemparkan oleh kelompok perintis reformasi terhadap ajaran gereja dan tata pemerintahannya. Kritik-kritik tersebut berdasarkan pada al kitab dan tokoh-tokohnya merupakan pemikir-pemikir yang dikenal dan disetujui oleh Luther Wiclif (1320-1384) adalah pengecam gereja katholik sehubungan dengan kekayaan yang ditumpuk oleh gereja, kekuaaan kaum Klerus atau kaum awam dan ajaran-ajaran sakramen-sakramennya, pemujaan terhadap orang-orang Kudus dan Relikui ke Pausan yang dipandang sebagai anti – christ. Semua itu tidak terdapat dalam Al-Kitab sehingga harus ditolak. Pandangannya mendapatkan kedudukan yang kuat dikalangan bangsawan Inggris. Johanes Hus (1369-1415) adalah seorang guru besar dan pengkhotbah dikota Praha. Ia mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan kepada semua umat Kristen di Bahama. Berbeda dengan Wiclif, Hus masih dapat menerima sakramen. Hus mendapat kutukan dan Interdik, yaitu hukuman gerejani yang mencabut keuntungan spiritual tertentu pada diri seseorang, dari Paus tetapi seluruh daerah itu tetap melawan gereja Katholik. Perlawanan itu pada dasarnya bukan sekedar meyakini ajaran baru akan tetapi lebih dari itu adalah cita-cita kebangsaan Cekoslowakia yang tidak suka dikuasai oleh orang jerman yang telah kaya dan oleh Gereja Katolik. Raja Sigmund ingin menyelesaikan huru-hara tersebut dengan membujuk Hus agar pergi ke Constanz, supaya persoalannya dapat diundurkan dalam konsili. Raja telah berjanji akan melindunginya, tetapi Hus ditangkap atas perintah pembesar-pembesar gereja katolik dipenjarakan dan disiksa. Karena tidak mau menarik ajaran-ajarannya, maka ia dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup di Constanz. Sahabatnya, Hieronymus dari Praha, mengalami nasib yang sama.
Ketika Sigmund menjadi raja di Bohemia mulailah perang Husit yang dahsyat (1419-1436), yang dimulai oleh kelompok Calixtin, yang menuntut supaya kaum awam boleh menerima perjamuan dengan dua rupa, bukan dengan roti saja, tetapi piala anggur juga. Kelompok yang radikal, orang-orang Taborit, bermaksud membuang segala perkara dan peraturan yang tidak nyata-nyata dalam taurat Allah (Al-kitab) meraka memimpin kendali di lapangan militer dalam gerakan mereka yang membunuh, membakar rumah biara. Akhirnya pasukan Paus dapat dikalahkannya. Peperangan tersebut akhirnya padam, namun di Bohemia didirikan dan diakui sebuah Gereja Husit disamping gereja Katolik. Orang-orang Taborip lama kelamaan hilang hanya sekelompok yang masih ada di Bohemia yang kemudian dapat dipengaruhi oleh Gereja Protestan.
Disamping tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas, ada pula yang dapat dikatakan perintis reformasi yaitu Rahib dari Dominikan yang bernama Soyanarola (1452-1498), yang berpengaruh dikota Florensa, Itali. Gerakannya ingin mengajak seluruh masyarakat untuk bertobat, segala bentuk kemewahan dan keinginan dunia ini harus dikekang. Dan selaku Raja Florensa ialah Yesus sendiri. Untuk itu dia mengusir penguasa disana dan menguasainya dengan kekuatan paksa serta menyerang Paus Alexander V dengan hebat. Akhirnya ia jatuh oleh lawan–lawannya dan rakyat yang tidak senang dengan kepemimpinannya yang keras. Ia ditangkap oleh Inkuisisi, disiksa dan di bakar.
Kekuatan Wiclif, Hus dan Safanarola meletakkan sikap yang keras terhadap sekularisasi gereja yang dilawannya. Ajaran mereka selalu didasarkan pada Al-Kitab, deikian pula aksi-aksi mereka dalam usaha merintis kearah pembaharuan gereja pada masa itu.
Kelompok Humanis ingin juga mengatasi suasana abad pertengahan dengan arah ingin kembali kepada ajaran gereja lama. Tokoh utamanya adalah Desiderius Erasmus (1469-1536) seorang belanda. Pandangan Humanismennya merupakan suatu campuran antara pandangan-pandangan Yunani-Romawi dengan ajaran Injil. Ia dapat disebut sebagai bapak aliran Kekristenan yang serba bebas (Liberal) maksudnya, menurut Erasmus Injil adalah suatu ajaran yang Indah tentang kebajikan manusi, khususnya yang terdapat pada Khotbah Yesus dbukit. Baginya Yesus adalah kegenapan yang paling sempurna dari segala perkara yang bersih dan benar, yang sudah terdapat pada agama-agama kuno. Juga, menurut dia dalam filsafat berfikir tentang Logos hanya disempurnakan saja oleh teologi Kristen dan Injil. Dalam mendukung pemikiran-pemikirannya ia menerbitkan karya-karya Ireneus, Origenes, Ambrosius, Agustinus, dsb. Adapun usaha pokoknya adalah menerbitkan perjanjian baru dalam bahasa asing yaitu bahasa Yunani (1516), melakukan setudi kembali pada bahasa Ibrani sebagai bahasa asli perjanjian. Kaya-karya tersebut dijadikan dasar oleh Luther untuk menerjemakan Al-Kitab dalam bahasa Jerman.
Meskipun telah telah muncul gerakan-gerakan pembaharuan, tetapi pada akhir abad pertengahan gejala-gejala keburukan dalam kehidupan grejani tetap muncul pada saat-saat sesudah gereja katholik dan jabatan Paus mencapai puncak kebesarannya pada abad ke 13. Setelah itu kewibawaan dan kekuasaannya turun dengan cepat. Negara-negara Nasional mulai memerdekakan diri dari kebiasaan gereja, dan kaum awam tidak lagi begitu peka terhadap kewibawaan gereja. Keadaan ini dipertanyakan dengan adanya perubahan budaya yang sangat mendasar yaitu lahirnya semangat individualisme, yang merupakan faktor yang penting, dalam saat gereja mengalami kemrosotan moral yang sangat parah.
Hampir sepanjang abad 15, para Paus tidak tinggal ditempat tinggalnya yang tradisional yaitu Roma tetapi dikota Alvignon Prancic. Ditempat ini mereka sangat dipengaruhi oleh Raja Prancis. Kenyataan tersebut tentu tidak memperkokoh posisi mereka sebagai penguasa moral yang keberadaan mereka ada diatas segala golongan dan semua pihak. Sewaktu usaha kembali ke Roma pada tahun 1378, gerakan-gerakan siasat politik dalam pemilihan Paus telah menciptakan keadaan sedemikian rupa sehingga terpilihlah dua orang Paus yang bertengkar satu sama lain secara hebat. Peristiwa ini menimbulkan perpecahan dibarat (Schisma) pada tahun 1378 – 1417.
Dilingkungan gereja pun, kewibawaan Paus telah runtuh dan kebobrokan sangat mencolok. Kemewahan diIstana Paus melebihi kemewahan diistana raja-raja Prancis dan Inggris. Untuk mendukung kehidupan mewah dengan sendirinya diperlukan biaya tinggi. Oleh sebab itu diperlukan uang yang diperoleh dari pajak kegrejaan, kemudian juga dengan penjualan jabatan-jabatan dan surat indulgensi, yaitu pembebasan dari hukuman dosa yang dapat diperoleh dengan pembayaran uang. Dalam kondisi seperti itu, kemampuan kaum mistik dalam mempengaruhi dan menyadarkan kaum awam melalui bahasa masing-masing benar-benar telah menggeser kedudukan rohaniawan dalam memperkaya diri dibidang Agama dan sekaligus mengurangi monopoli gereja dalam penyelamatan jiwa. Dalam kondisi yang memuncak, protes-protes berdasarkan keagamaan mencapai titik didih yang menentukan bagi lahirnya reformasi terhadap gereja, yang dipelopori Martin Luther pada tahun 1517. Semua hal yang terjadi dalam gereja Eropa mempengaruhi jalannya reformasi ini. Dapat dipahami bahwa titik sentral kritik berada pada gereja, karena gereja merupakan tulang punggung yang penting dalam kehidupan bangsa Eropa pada saat itu. Apalagi Eropa sudah tidak lagi menjadi satu kesatuan, sehingga gerakan yang bersifat kritis terhadap gereja tidak mudah dipadamkan bahkan berkembang dan mendapat tempat dalam masyarakat luas.
2)     Pencetus Reformasi Gereja
a.      Luther dan Pemikirannya.
Luther lahir pada 10 november 1483 dari keluarga petani di Thuringen. Ia seorang anak yang cerdas. Semasa masih kanak-kanak ia sering menyanyi dan berbakat dalam musik. Bapaknya Hans Luther menginginkan ia menjadi seorang ahli hukum sehingga perlu mempelajari filsafat terlebih dahulu, dan pembelajaran yang paling berkesan dan berpengaruh pada Luther adalah William Occam, seorang rahib dari Ordo Fransiscan (1280-1349). Khususnya tentang iman dan negara berpengaruh dalam diri Luther, dan setelah selesai ujian sewaktu ia pulang dari perjalanan dari rumah orangtuanya ke Effurt, ia tertimpa badai hujan deras dan guruh halilintar, ia hampir saja tersambar kilat, dengan perasaan takut ia berseru; “Santa Anna yang baik tolonglah aku. Aku mau menjadi rahib.” Dua minggu kemudian, ia menepati janjinya dan masuk kedalam biara yang memiliki aturan paling keras yaitu biara dari ordo Eremit Agustin.
Selama dalam biara ia ditugaskan menuntut ilmu teologia dan kemudian di tahbiskan sebagai imam pada tahun 1507. Luther adalah rahib yang sangat serius, namun dalam beberapa usahanya ia mendapat kegelisahan batin dalam usaha menempuh jalan keselamatan baginya yang ditunjukkan oleh gereja pada saat itu. Suatu ketika di tahun 1510, Luther dikirim ke Roma sebagai utusan ordonya. Hatinya sungguh sedih melihat cara hidup yang serba gampang dari klerus di pusat gereja Roma Katolik.
Pada masa kurun waktu antara 1511-1514. Luther mulai memasuki tahap kehidupan yang baru, bebas dari kegelisahan dan ketakutan, ia menemukan kepastian hidup bahwa rahmat Tuhan bukan lagi suatu tujuan yang jauh, yang tidak mungkin di capai oleh manusia, melainkan pusat dan kuasa hidupnya. Dulu Luther menduga bahwa rahmat itu dicurahkan kedalam jiwa manusia lewat sakramen. Kini ia meyakini bahwa rahmat tersebut tidak lain hanya pada firman keampunan dan Tuhan Maha Esa.
Segera setelah pandangan baru di atas tersiar orang-orang menjadi heran karena pengaruh-pengaruh pandangan Skolastik dan Aristoteles makin menjadi tertolak. Cita-cita gereja yang ingin dalam hidup mistik yang berusaha meminta keselematan dan persekutuan langsung dari yesus di tentang langsung oleh Luther berdasarkan ajarannya pada iman dan rahmat sebagai sumber hidup manusia.
Pada puncak penemuan jalan keluar oleh Luther ia mendapat pengertian baru tentang perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17: ”sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani. Sebab didalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis ‘orang yang benar akan hidup oleh iman”.
Menurut Luther, dalam nash tersebut ada yang tidak cocok, sebab ia selalu mendengar bahwa kebenaran Tuhan adalah keadilan Tuhan yang sama dengan seorang hakim duniawi: membebaskan, membenarkan orang orang yang baik dan menghukum orang orang yang salah. Disini Luther mengetahui dirinya sebagai pendosa. Jadi dengan kebenaran Tuhan bagaimanapun juga menghukumnya. Renungan membangkitkan kesadarannya bahwa kebenaran Tuhan itu adalah dari anugrah Tuhan yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya sendiri sebaliknya menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik.
b.     Titik Tolak Pembaharuan Luther.
Penghayatan yang dijadikan titik sentral bagi gerakan reformasi yang menyeruluh ialah pertemuan Luther dengan Tuhan didalam Alkitab yang berbeda dengan ajaran yang dikenalnya dalam gereja sehingga ia meyakini dengan cara baru hubungan antara Tuhan dan manusia. Jadi ada dua perbedaan pandangan Luther yang mendasar dengan gereja saat itu. Pertama adalah mengenai rahmat (anugrah), dan kedua mengenai gereja.
Perbedaan tentang rahmat atau anugrah titik beratnya pada pernyataan bahwa manusia tidak dapat berbuat sesuatu apapun, tetapi hanya Tuhan yang mengerjakan segalanya. Prinsip gereja pada saat itu menyatakan bahwa Tuhan di dalam segala sesuatu dan diatas segala seuatu. Tuhan mengerjakan segala sesuatu tapi bukan seorang diri dan kehendak manusia memberikan kerja sama serta ada yang adikodrati dan ada kodrati sebagai konsekuensi dari pandangan tersebut maka Luther mulai menolak api penyucian dan indulgensi selanjutnya ia hanya menerima dua sakramen permandian dan perjamuan.
Mengenai perbedaan kedua, prinsipnya hubungan manusia dapat langsung dengan Tuhan, sehinggan dengan sendirinya gereja kehilangan sifat sebagai perantara antara Tuhan dan manusia. Luther membuang kewibawaan gereja dan mengajarkan bahwa Alkitab adalah sumber satu-satunya untuk iman (kepercayaan), sedang menurut gereja pada suatu kitab kudus dan hadis adalah kepercayaan, yang hanya dapat diterangkan oleh kewibawaan mengajar dari gereja yang tidak megajar kesalahan.
c.      Peristiwa Penyebab Reformasi Gereja
Sebab-sebab umun yang menimbulkan reformasi gereja ialah adanya jurang perbedaan yang dalam antara teologi serta praktek gereja dengan ajaran Alkitab sebagaimana yang disadari oleh Luther. Awal mula terjadinya reformasi ialah adanya penjualan surat-surat indulgensi di Jerman oleh para biarawan dominikan, yang bertujuan untuk membangun gereja santo petrus dan peristiwa ini dikenal dengan sebutan “simoni gereja”.
Peristiwa ini menggambarkan dengan jelas bahwa indulgensi merupakan usaha yang mempermainkan pemeliharan jiwa dan sakramen pengakuan dosa hanya untuk kepentingan uang semata. Martin Luther terpaksa bangkit menyerang kebiasaan buruk ini, namun klerus dan yang lain tidak berani melawan ini sehingga pada tanggal 31 oktober 1517 Luther menempelkan selembar kertas dengan mencantumkan 95 dalil yang ditempatkan di pintu utama gereja Wittenberg dan kertas tersebut banyak di baca oleh orang kudus yang datang ke gereja tersebut dan banyak orang yang merasa dikecewakan oleh kepausan, maka mereka memberi dukungan terhadap ajakan Luther dan ikut menyerukan agar gereja berhenti melakukan penyelewengan, dan akhirnya usaha pencarian uang ini menurun drastis sehungga Luther menjadi sasaran penguasa bahkan Luther dituduh sebagai orang sesat dan disuruh menarik semua pendapatnya, namun Luther mendapatkan kondisi yang menguntungkan karena Raja Frederik berjanji secara rahasia untuk melindunginya. Pada tanggal 15 Juni 1520 Paus Lex menerbitkan bulla kepausan “exsurge domine” yang berisi kutukan kepada Luther dan menolak ucapannya yang dianggap sesat  dan mengucilkannya bilamana Luther tidak menarik ucapan-ucapanya, tapi Luther justru membakar bulla tersebut didepan pintu gerbang Wittenberg dan disaksikan oleh guru-guru besar dan mahasiswa, kemudian pada tanggal 26 Mei, Kaisar Kaler V mengeluarkan edicta worms yang berisi pengucilan terhadap Luther dan bahwa segala karangan Luther harus dibakar dan ia boleh dibunuh oleh siapa saja yang menemuinya, keputusan itu bukanlah keputusan setiap penguasa, kemudian di tengah jalan Luther disergap oleh segerombolan orang berkuda yang mana itu adalah utusan Frederik yang bertujuan untuk mengamankan Luther dari maut dan ia disembunyikan dalam puri Wertberg selama 12 tahun, disana ia telah menyelesaikan menerjemah perjanjian baru kedalam Bahasa Jerman.
2.     Perkembangan Reformasi
Semua usaha membendung dan mereformasikan gereja tidak berhasil, bahkan justru melahirkan dan mengembangkan Kristen Protestan di Eropa. Ini dilakukan oleh Ulrich Zwingli di Swiss (1484-1531). Ia adalah pengikut Erasmus. Sehingga sebagaimana Erasmus juga membiarkan bentuk gereja Roma berlaku terus dengan harapan semangat humanismenya dapat mewarnai gereja secara perlahan. Sejak 1519, Zwingli memihak Luther.
Pada tahun 1522 terjadi huru-hara Wittenberg oleh pengikut Luther untuk mewujudkan ajaran baru dalam praktek. Pemuka huru-hara tersebut adalah guru besar Karlstedt yang bercita-cita menumbangkan biara yang tidak sesuai dengan injil. Luther dan Zwingli pada prinsipnya menyokong cita-cita itu, dan gerakan ini berhasil namun Luther dan Zwingli memiliki perbedaan pendapat, Luther ingin mempertahankan semua bentuk gereja, sedangkan Zwingli ingin perubahan sama sekali baik isi maupun bentuk. Pada 1523 diselenggarakan pertemuan debat. Akibatnya dewan kota memerintahkan agar mengeluarkan Salib, Mezbah, Patung dan Orgel dari gedung gereja dan diganti dengan tradisi “Calvinis”.
Yohanes Calvin lahir di Jenewa (1509-1564) adalah seorang sarjana hukum asal Perancis yang menaruh perhatian besar terhadap teologia. Ia adalah seorang pengikut Erasmus, sejak 1533 ia mulai menulis tentang ajaran protestan yang biasa disebut ”institusio”. Dalam ajaran pembenaran oleh iman Calvin sejalan dengan Luther, tetapi ia menekankan pentingnya “penyucian” kehidupan baru yang harus ditempuh orang-orang kristen. Calvin menegaskan bahwa jemaat yang mendengarkan firman Tuhan dalam perjamuan kudus diharuskan suci.
Pada tahun 1541 Calvin kembali ke Jenewa dan meninggal disana, ia melanjutkan usahanya mengatur kehidupan jemaat dengan menyusun tatanan gereja baru dan ia menulis buku “Katekismus Jenema”, yang berisi tentang iman, hukum, doa dan sakramen.
C.    Perbedaan pokok Calvin dan Luther
Perbedaan antara mereka berdua antara lain yaitu:
Luther
·       Bertolak dari kesatuan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
·       Pembenaran orang berdosa sebagai inti, pusat & puncak ajaran Kristen. Kesan: perbuatan-perbuatan baik berbahaya untuk keselamatan (karena manusia terlalu mengandalkannya).
Calvin
·       Bertolak dari perbedaan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
·       Kemuliaan Allah (gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-galanya: kelahiran baru (regeneratio) atau pengudusan (sanctificatio) harus menyertai pembenaran orang berdosa (justificatio).

D.    Perkembangan lebih lanjut
Pembaharuan yang dilakukan oleh Luther tampaknya telah membuat gereja dalam kegoyahan. Dalam suasana seperti itu banyak kelompok yang sudah ada sebelum reformasi muncul dan mencampur ide Luther dengan ide mereka, dan tokoh yang paling banyak berpengaruh sekarang ini adalah Calvin begitu juga di indonesia dan pada abad ke 18 lahir gereja baptis dan metodis di eropa, Calvinisme juga menyebar ke afrika dan asia dalam bentuk berbagai sekte dan aliran.
1.     Gerakan baru dalam Gereja Kristen Barat. Lahirnya gerakan baru gereja Protestan  dipengaruhi dua peristiwa besar yaitu gerakan pencerahan dan revivalisme pada abad ke 17. Pencerahan adalah gerakan yang menyatakan bahwa dalam segala sesuatu manusia tidak perlu patuh terhadao kepercayaan yang timbul dari luar misalnya Alkitab, gereja dan lain sebagainya, sedangkan revivalisme berusaha menyerang pencerahan telogia gereja resmi yang menganggap bahwa gereja-gereja telah mati.
2.     Gereja Protestan di Afrika. Sejak abad ke 18 Afrika adalah benua yang hampir seluruhnya jadi ajang penjajahan bangsa barat hanya Etiopia yang merdeka perintis utama nya adalah Samuel Crowther (1810-1892) untuk Afrika Barat dan David Livingstonem untuk bagian selatan, agama Kristen Protestan menonjol di negara yang dijajah Inggris dan bagian Afrika Selatan, bagian lainya hampir sepenuhnya di kuasai gereja Katolik seperti Angola, Mozambique dan sebagainya.
3.     Perkembangan di Asia. Pada abad ke 17 bersamaan dengan tersebarnya kolonialisme dari Eropa, baik yang dilakuakn belanda maupun Inggris, di India Selatan gereja Protestan dipengaruhi oleh gerakan pietis dan revival. Sebagaimana halnya di India gerakan pietis dan revival juga memberikan andil besar dalam perkambangan Protestan di Srilanka, Jepang, Cina meskipun mendapat tantangan dari agama asli dan di Indonesia agama Protestan dibawa oleh penjajah Belanda dan Romawi perkembangannya terjadi pada periode VOC dan sesudah VOC.
C.    POKOK-POKOK AJARAN PROTESTAN
Kristosentrisme adalah dasar dari ajaran-ajaran Kristen. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan Yesus Kristus sebagai pusat segala-galanya dalam kehidupan seorang Kristiani. Ajarannya terwujud dalam konsep inkarnasi, penebusan, dan trinitas.
Ajaran Protestan yang menonjol  dapat dilihat dari dua hal: pertama, asas anti pemutlakan terhadap hal-hal yang nisbi, dan kedua, pembenaran iman (percaya). Dalam kepercayaan seorang Kristiani, manusia dapat bertemu dengan Allah dalam tiga tempat, yaitu : (1) dalam tatanan dan keagungan alam; (2) dalam pribadi Yesus Kristus yang hidup dalam sejarah, dan (3) dalam hati nurani manusia. Segi-segi kehidupan tersebut masing-masing ada pada Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus, dan dapat dipelajari dari isi dan makna yang tercantu dalam 12 pasal “Pengakuan Iman Rasuli” sebagaimana singkat diuraikan di bawah ini.
A.    Pengakuan Iman Rasuli
Dalam agama Protestan, pengakuan iman disebut Apostolicum (Yunani : apostoles = iman) yanng didefinisikan dengan “Pengakuan Iman Rasuli”. Nama lain yang biasa digunakan adalah “Dua Belas Pasal Kepercayaan Kristen”. Pengakuan ini dibuat oleh para rasul dan disusun secara bertahap. Rumusan Pengakuan Iman Rasuli adalah sebagai berikut:
Bagian I
1)     Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa, Khalik langit dan bumi.
Bagian II
2)     Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Kita.
3)     Yang terkandung dalam Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4)     Yang mederita di bawah pemerintahan Pointus Pilatus, disalibkan, mati, dan dikuburkan turun ke dala kerajaan maut.
5)     Pada hari ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6)     Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa.
7)     Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
Bagian III
8)     Aku percaya kepada Roh Kudus.
9)     Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus.
10) Pengampunan dosa.
11) Kebangkitan daging.
12) Dan hidup yang kekal.
Pada mulanya, pengakuan gereja Kristen disimpulkan dalam rumusan pendek “Yesus adalah Tuhan” atau “Yesus adalah Kristus”. Berdasarkan pengakuan itu seseorang dapat dibaptiskan karena pada mulanya gereja Kristen berada di tengah-tengah bangsa Yahudi, sehingga pengakuan cukup dengan satu pasal saja. Karena kemudian orang Yahudi sudah percaya dengan Tuhan orang Israel, yang menurut kepercayaan Kristen disebut “Bapa Yesus Kristus”, maka pembaptisan memerlukan satu pasal lagi, yaitu pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah “Anak Allah”, Sang Mesias yang telah dijanjikan oleh Tuhan.
Pengakuan akan Yesus Kristus itu ditumbuhkan oleh Roh Kudus yang bekerja dalam setiap hati manusia. Roh Kuduslah yang menyatakan pada diri manusia bahwa Yesus adalah Tuhannya. Jadi, Roh Kudus adalah Tuhan yang berbicara dalam hati manusia. Dengan demikian pengakuan Kristen itu menjadi pengakuan yangterdiri dari tiga bagian, yakni tentang Tuhan Bapa, Yesus Kristus, dan tentang Roh Kudus atau Roh Tuhan. Ketiga-tiganya diyakini sebagai sungguh-sungguh satu, yang melahirkan konsep “Tuhan Tritunggal”.
B.    Kepercayaan tentang Tuhan
Seorang Kristen mempercayai adanya dua pihak, yaitu Allah tidak boleh diturunkan dari dalam surga, tetapi di pihak lain Allah telah menjadi manusia dalam kedatangan Yesus Kristus yang tidak boleh ditempatkan di titik tertinggi yang tidak dapat dicapai manusia. Keduanya nampak kontradiktif, tetapi keduanya harus memiliki tekanan yang sama tanpa harus meleburkannya satu sama lain. Hal tersebut dapat digambarkan dalam kedatangan Yesus Kristus, bahwa Allah yang hidup itu telah menyatakan diri sebagai Dia yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.
Allah adalah roh. Artinya Allah itu bukan makhluk dan Allah tidak dibatasi oleh tempat atau ruang tertentu. Karena Allah adalah roh maka menyembahnya harus dengan roh dan kebenaran. Ibadah lahiriyah itu tidak memiliki arti apa-apa dihadapan Allah jika tidak menyembahnya dengan roh dan kebenaran.
Allah adalah Esa. Allah itu buka dua atau lebih dari satu. Dia adalah Allah yang menciptakan alam semesta dan berkuasa sepanjang zaman. Untuk datang kepada yang Esa juga melalui jalan yang esa, yaitu melalui diriNya sendiri dalam Yesus Kristus.
Allah adalah kekal. Tidak berubah karena waktu, tidak bergantung pada makhluk, dulu, sekarang, dan selamanya. Allah tidak terbatasi oleh pikiran manusia, tapi tahu segala yang dipikirkan manusia. Allah memilliki pikiran, perasaan, kehendak, dan sebagainya.
C.    Yesus Kristus
Pada bagian ke II Pegakuan Iman Rasuli, Yesus Kristus diberi kehormatan yang sama dengan Allah Bapa, karena keduanya merupakan satu kesatuan dalam konsep Tritunggal. Mengenai Yesus Kristus, gereja meyakini bahwa ia adalah benar-benar Tuhan dan benar-benar manusia. Yesus juga bukan suatu oknum yang derajatnya diantara Tuhan dan manusia, juga bukan manusia setengah Tuhan. Untuk dapat memahami ini, gereja menggunakan pendekatan dialektis, karena dalam dogmatika Kristen cara tersebut dipergunakan untuk menyatakan seolah-olah ada dua kebenaran yang tidak boleh dihilangkan satu sama lain.
Dengan demikian ditemukan dua segi pokok dalam pribadi Yesus Kristus.
1.     Yesus orang Nazaret itu adalah benar-benar manusia, dan menjadi manusia seperti manusia pada umumnya, hanya saja ia tak berdosa.
2.     Yesus adalah benar-benar tergolong Allah. Nama Yesus berasal dari bahasa Ibrani “Yosua” yang berarti Tuhan menolong, Dia adalah Juru Selamat yang datang dari Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia. Dia adalah Kristus yang dijelmakan oleh Allah menjadi Nabi, Imam dan Raja yang tiada tara. Dia adalah Anak Allah yang sudah dibanngkitkan dan hidup; bahkan Dia mengatakan “Aku dan Bapa adalah Satu”.
Menurut ajaran Kristen, bukti-bukti keilahian dan kemanusiaan Yesus juga telah nyata dalam Alkitab. Bukti keilahian misalnya adalah memiliki nama-nama Ilahi, memiliki sifat-sifat Allah, dapat mengerjakan hal-hal yang dapat dilakukan Allah seperti mencipta, mengampuni dosa, dan menghidupkan orang mati. Bukti kemanusiaan diantaranya memiliki tubuh manusia, memiliki sifat manusia, diperlakukan sebagai manusi, dan memiliki nama-nama manusia. Tetapi sebagai manusia, Yesus tidak memiliki dosa.
Yesus juga disebut sebagai Anak Allah yang Tunggal. Pada hakikatnya adalah Allah yang datang berdiri disamping manusia dalam keadaan Yesus Kristus. Datangnya Allah kepada manusia itu adalah Anak Allah. Adapun istilah “Yang Tuggal” berasal dari Injil Yohanes. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sungguh-sungguh Allah maka harus dipertegas dan diperkuat dengan “Yang Tunggal”, yaitu Dia yang menurut asalnya adalah kekal, benar-benar datang dari Allah.
Bagi umat Kristiani kedatangan Yesus Kristus merupakan berita suka cita, karena membuktikan bahwa Allah mengasihi manusia. Melalui penderitaannya dapat disadari betapa besar kasih Tuhan kepada manusia. Penderitaan dan kematian Yesus Kristus sudah direncanakan Tuhan, diantara maksud dari penderitaan dan kematian itu adalah : (1) dalam rangka menggenapi apa yang telah dikatakan dalam Alkitab; (2) merupakan pernyataan kasih Tuhan kepada manusia; (3) untuk memikul atau menanggung dosa manusia yang percaya kepadanya; dan (4) untuk mendamaikan manusia denga Allah melalui diriNya.
Yesus Kristus tidak berakhir pada saat kematiannya. Yaitu pada hari Jum’at yang Agung, disusul oleh Hari Paskah, pada hari ketiga setelah dikubur ia bangkit diantara orang yang mati. Kebangkitannya itu adalah kemenangan atas dosa, maut dan iblis. Yesus tidak dibangkitkan dari kematian semua, tetapi benar-benar telah mati, dan yanng bangkit bukan hanya roh tetapi dapat dilihat sebagaimana manusia yang bertubuh.
Adapun arti kebangkitan Yesus Kristus bagi umat Kristiani ada tiga:
1)     Memperoleh pengampunan dosa dan menjadi orang yang benar di hadapan Tuhan berdasarkan kemenangan yang diperjuangkan Kristus sebagai penebus
2)     Karena telah disalib, maka dalam kehidupan kini manusia dibangkitkan untuk memulai kehidupan yang baru
3)     Karena Yesus adalah manusia pertama yang dibangkitkan, maka umat Kristen percaya bahwa mereka pasti akan mengalami kebangkitan seperti Yesus dan tidak dihukum, melainkan masuk surga.
Yesus Kristus akan benar-benar datang ke dunia untuk kedua kalinya, yan bagi orang Kristen merupakan pengharapan juga saat yang menakutkan bagi orang yag tida percaya, karena kedatangannya adalah untuk menghukum mereka yang tidak percaya karena dosa mereka, dan menjemput orang-orang yang percaya padanya.
Terkait tanda-tanda akan datang untuk kedua kalinya adalah munculnya mesas-mesias palsu, datangnya siksaan-siksaan berat, dunia dalam keadaan porak poranda yaitu matahari menjadi gelap, bulan tak bersinar dan bintang-bintang berjaTuhan serta terdengar bunyi sangkakala surga. Kapan saat itu terjadi tak ada seorangpun yang tahu.
D.    Roh Kudus
Roh Kudus adalah Allah sebagaimana dinyatakan oleh namanya, sifat-sifatnya dan karya-karyanya. Maka dari itu orang Kristen bersyukur kepada Allah sebab Allah melalui Roh Kudus mau bersemeyam di hati setiap orang yang percaya kepadaNya.
Peranan Roh Kudus dalam keselamatan antara lain:
1)     Meyakinkan manusia akan pertemuannya dengan Yesus Kristus
2)     Melahirkan kembali manusia scara rohani, dengan syarat manusia harus beriman kepada Yesus  sehinggan ia mejadi ciptaan baru dan menerima hidup yang baru pula
3)     Mencap manusia adalah milik Allah bagi yang percaya dan bertaubat
4)     Membaptis orang yang percaya untuk menjadi anggota tubuh Kristus
5)     Mendiami hati orang yang percaya kepada Roh Kudus
6)     Memenuhi kehidupan orang yang percaya, yaitu berupa perasaan, kemauan, yang dikuasai oleh Roh Kudus. Caranya dengan hidup dengan penuh penyerahan, melaksanakan firman Allah dan mengakui segala dosa.
E.     Eskatologi
Eskatologi yaitu  ajaran tentang kejadian-kejadian pada hari akhir. Hal ini telah terkait dengan Pengakuan Iman Rasuli pada bagian kedua dalam pasal yang berbunyi “Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghukumi orang yang hidup dan mati”. Dalam ajaran eskatologi ini ada dua poin penting : pertama, tentang keselamatan; kedua, tentang kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya dan Kerajaan Seribu Tahun.
Adapun keselamatan dibedakan menjadi dua macam :
1)     Keselamatan di dunia, yakni hidup sebagai orang yang dosanya telah diampuni, atau sebagai anak-anak Allah yang telah bertaubat dan dilahirkan kembali
2)     Keselamatan di masa depan, (kkebangkitan daging dan hidup kekal), yakni percaya bahwa Yesus Kristus yang telah disalibkan dan telah bangkit akan datang dengan kemuliaan untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Semua orang Kristen yakin bahwa mereka sedang menuju ke Kerajaan Allah, menuju kesempurnaan mengenal Allah, mengasihi-Nya serta memuliakan-Nya. Karena penghormatan kepada-Ny dan kehormatan Allah itu akan menjadi keselamatan bagi setiap Kristiani.
Kedatangan kembali Yesus Kristus diyakini sudah sangat dekat, meskipun tidak ada yang tahu kapan akan terjadi dan tiap orang yang percaya hendaknya berjaga-jaga. Namun hal ini pasti terjadi, karena Yesus sendiri ketika di dunia pernah mengulang pernyataan tersebut sebanyak dua kali dalam penglihatan kepada Rasul Yohannes. Kedatagan kembali itu adalah untuk mendirikan “Kerajaan Seribu Tahun”. Keadaan kerajaan tersebut penuh dengan keindahan dan didirikan atas Kuasa Allah. Ada waktu itu Yesus Kristus penuh dengan kemuliaan dan kemahakuasaan. Tidak ada kekerasan, peperangan, perkelahian, semuanya dirubah mejadi taman yang indah. Ibu kota kerajaan itu adalah Yerusalem, dan orang-orang Yahudi sudah menjadi Kristen. Setan-setan dilemparkan ke dalam jurang maut selama seribu tahun. Kalau ada orang yang melakukan pelanggaran, itu dari dirinya sendiri, bukan bisikan setan. Karena itu Yesus akan menghukumnya dengan kematian.
F.     Ajaran tentang Alam dan Manusia
Alam dan sejarah adalah ciptaan Tuhan, tetapi Tuhan tidak berada pada kedua ciptaan-Nya itu. Setiap orang Kristen percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam ciptaan-Nya. Dalam alam, manusia dititahkan Tuhan untuk memulainya. Jadi melalui titah kerja tersebut dunia ini dibudayakan oleh manusia. Kemampuan mengusahakan yang diberikan kepada manusia itu berada dalam janji firman-Nya yang berlaku hingga sekarag. Selama manusia menyadari titah-Nya, maka manusia aka bertanggung jawab kepada Tuhannya.
Menurut Kejadian 1:26-27, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Imago Dei), tetapi manusia telah memberontak dan selalu akan memberontak kepada Allah. Manusia pertama yag diciptakan adalah Adam, sesudah itu baru Hawa. Semula Adam dan Hawa adalah manusia suci karena mereka diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Tujuan penciptaannya adalah agar manusia dapat bersekutu dengan Allah dan mencerminkan kemuliaan-Nya di dunia. Tetapi karena manusia berbuat dosa, maka gambar dan rupa Allah menjadi rusak. KejaTuhan manusia dalam dosa bukan rencana Allah tetapi rencana iblis yang dituruti oleh manusia. Akibatnya semua manusia yang lahir darinya menjadi ikut berdosa. Kemudian sebagai akibat dari dosa itu mereka (Adam dan Hawa) diusir dari Eden dan semua keturunan mereka di dunia sudah berada di bawah hukuman dosa yang membawa akibat kematian.
Manusia yag dikehendaki Allah adalah orang yang memandang kepada Yesus Kristus, karena ia adalah gambar Allah yang sebenarnya. Sebalikmya, orang yang belum menerima Yesus Kristus sama saja dengan orang yang memiliki gambar dan rupa Allah yang sudah dirusak oleh dosa. Orang-orang ini memerlukan Yesus agar gambar dan rupa Allah yang telah rusak tersebut dapat diperbarui kemballi oleh kuasa Yesus Kristus dan manusia dapat bersekutu kembali dengan Allah.
Menurut keyakinan Protestan, setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sudah menjadi ciptaan baru (manusia baru). Sebaliknya, manusia di dalam Adam adalah manusia lama yang menerima hukuman dosa. Bagi yang menjadi manusia baru (di dalam Kristus) akan menerima penebusan dosa bukan karena perbuatannya, tetapi karena kuasa Yesus Kristus. Kelahiran kembali seseorang dilakukan oleh Roh Kudus dan terjadi saat orang tersebut percaya. Istilah dilahirkan kembali merupakan kiasan yang berarti “dilahirkan dari atas”, yaitu diperbarui dari kesalahannya, menjadi hidup kembali sebagai anak Allah, seorang yang hidup dalam hubungan yang benar dengan Bapanya.  
G.    Etika Kristen
Etika Kristen adalah etika yang berdasar agama, etika transenden, etik ateonom, dan etika teosentris. Etika Kristen bertugas mengupas hubungan antara iman dan manusia, sesama manusia di dunia, dan sebagainya. Bila ditinjau dari sejarah teologi Kristen, etika termasuk dalam dogmatika Kristen, oleh karena itu etika tersebut merupakan suatu pengetahuan yang normatif, yang hanya menerangkan tindakan manusia dari sudut iman kepada hukkum Tora dan Injil dalam masalah-masalah baik dan buruk sebagaimana yang dikehendaki Allah.
Sumber-sumber etika Kristen adalah :
1)     Alkitab
2)     Etika Falsafi, baik yang bercorak naturalistik maupun idealistik
3)     Adat istiadat dari suatu masyarakat. Dengan dasar:
a)     Kepercayaan kepada Allah yang menyatakan diriNya dalam Kristus
b)     Pengakuan tentang manusia, yakni tentang pandangan manusia menurut Alkitab dan menurut pandangan lainnya
c)     Hal ihwal manusia menurut gambaran gambar dan rupa Allah
d)     Hal-hal yang menyangkut asal, hakikat dan perkembangan dosa
e)     Tentang kebebasan kehendak manusia.
Tujuannya adalah untuk menggerakkan orag supaya bertaubat dan membangunkan orang agar berjuang melawan gangguan-gangguan yang timbul dari wataknya, melalui pembenaran dalam kehidupan manusia sehingga dirinya menjadi “ciptaan baru”.


H.    Sakramen
Sakramen yaitu upacara suci dan resmi untuk bertemu degan Tuhan dan untuk menerima rahmat Tuhan lewat tanda-tanda. Ada 7 sakramen, yaitu :
1)     Pembaptisan (permandian)
2)     Maha Kudus (ekaristi)
3)     Penguatan (krisma)
4)     Taubat (rekonsiliasi, pengakuan dosa)
5)     Perkawinan (pernikahan)
6)     Imamat (pentahbisan), dan
7)     Minyak Suci (pengurapan orang sakit).
Sakramen-sakramen biasanya dilayankan oleh klerus (pada tahapan tertentu), dan umumnya dipahami melibatkan unsur-unsur yang terlihat dan tak terlihat. Unsur yang tak terlihat (yang bermanifestasi di dalam diri)  dianggap terjadi berkat karya Roh Kudus, rahmat Allah bekerja di dalam diri para penerima sakramen. Sedangkan unsur yang terlihat (atau yang tampak dari luar) meliputi penggunaan benda-benda seperti air, minyak, roti, serta hosti dan anggur yang dikosekrasi, penumpangan tangan; dimana semuanya diteguhkan dengan suatu pernyataan oleh pelayan sakramen.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nama “protestan” berasal dari kata “protes” yang dilancarkan oleh Pangeran-pageran Jerman yang mendukung gerakan reformasi. Dari protes mereka timbullah kelompok “protestan”. Semula nama tersebut bernada negatif dan bersifat ejekan tetapi lama-kelamaan disambut positif sebagai nama kehormatan.
Kelahiran agama Kristen Protestan banya dipengaruhi oleh latar belakang perkembangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang kelahirannya, yaitu abad XVI. Peristiwa yang mendorong timbulnya reformasi ialah penjualan surat-surat penghapusan dosa (indulgensi) yang dilakukan semasa Paus Leo X.
Perbedaan antara Luther dan Calvin antara lain yaitu:
Luther
·       Bertolak dari kesatuan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
·       Pembenaran orang berdosa sebagai inti, pusat & puncak ajaran Kristen. Kesan: perbuatan-perbuatan baik berbahaya untuk keselamatan (karena manusia terlalu mengandalkannya).
Calvin
·       Bertolak dari perbedaan antara kemanusiaan & keilahian Kristus,
·       Kemuliaan Allah (gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-galanya: kelahiran baru (regeneratio) atau pengudusan (sanctificatio) harus menyertai pembenaran orang berdosa (justificatio).
Dan juga perkembangan agama protestan itu sampai seluruh benua di dunia termasuk afrika dan asia
Mengenai pokok-pokok ajaran Kristen Protestan diantaranya : (1) Pengakuan Iman Rasuli (berisi 12 pasal kepercayaan Kristen), (2) Kepercayaan tentang Tuhan (Allah sebagai Tuhan, Allah sebagai manusia), (3) Yesus Kristus (sebagai Anak Allah Yang Tunggal), (4) Roh Kudus (Allah melalui Roh Kudus bersemayam di hati manusia), (5) Eskatologi (ajaran tentang kejadian-kejadian hari akhir), (6) Ajaran tentang Alam dan Manusia, (7) Etika Kristen dan (8) Sakramen (ritual upacara suci untuk bertemu dengan Tuhan).
B.    Kritik dan Saran
Demikian pembahasan kami dalam makalah yang sederhana ini. Pepatah mengatakan, “Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dari para pembaca sekalian untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah yang ringkas ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.















DAFTAR PUSTAKA

Leeuwen, Arend Th van. 1997. Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Jakarta : Gunung Mulia.
Romdhon. dan A. Singgih Basuki. 1988. Agama-agama di Dunia. Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press.
Sou’yb, Yusuf. 1996. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta : Al Husna Zikra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Shalat Qashar dan Khauf

SHALAT QASHAR DAN KHAUF Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata ...